“Zaara, maukah kau menjadi mentari di-hidupku yang menerangi
kegelapan dalam batinku, menjadi wanita-ku. Zaara .. Zaara Anissa.. “ pinta
Dani sambil menatap nanar kearahku yang makin berlalu.
“apa yang kamu pikirkan kamu tak perlu meminta, aku pun
sudah jatuh dalam hangat cintamu. Tapi sungguh ini bukan waktu yang tepat dani,
percayalah”. Ucapku dalam hati yang diam-diam menangis tapi entah aku pun
tersenyum.
Berdiri dihadapan cermin, lama juga aku berdiri memandang
diriku yang masih lengkap mengenakan seragam SMA-ku. Dengan raut wajah polosku
yang jelas habis menangis, rasanya aku terlalu kejam pada Dani.
Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, aku sudah menyukai Dani
ya mungkin dia cinta pertama-ku. Masih jelas dalam ingatanku, pertama kita
bertemu saling menatap dalam diam. Saat itu entah apa yang aku pikirkan. Mataku
hanya tertuju pada sesosok anak kecil dengan mata yang seindah berlian itu.
Tapi aneh yang keluar dari bibirku hanya ledekan candaan dan aku suka saat dia
menggodaku dengan kejailannya mengambil buku-ku hanya untuk melihat ekspresi bodohku atau saat
ia menatap serius pada kertas ulangannya. CERDAS ! . kami selalu bersaing untuk
menduduki peringkat teratas di kelas.
Ia murid laki-laki yang paling diidolakan di sekolahku, saat aku menggodanya dengan itu tanpa menjawab ia mulai menjailiku dengan mengambil pulpenku dan inginkan aku mengejarnya.
Yang paling aku tak bisa lupakan saat kakak-kakak kelas-ku menggodaku dengan “zaara, udah cantik cerdas lagi. Siapa sih yang gak suka kamu”.
Melihat mukanya memerah karena cemburu haha lucu sekali ingin aku memotretnya saat itu, tapi yang ia hanya bisa lakukan hanya mendatangiku dan menarik tanganku dengan cepat “ra, ayo masuk udah bel tuh”. Bodoh! Aku tau kau hanya mencari alasan. Apapun alasannya aku suka kamu.
Ia murid laki-laki yang paling diidolakan di sekolahku, saat aku menggodanya dengan itu tanpa menjawab ia mulai menjailiku dengan mengambil pulpenku dan inginkan aku mengejarnya.
Yang paling aku tak bisa lupakan saat kakak-kakak kelas-ku menggodaku dengan “zaara, udah cantik cerdas lagi. Siapa sih yang gak suka kamu”.
Melihat mukanya memerah karena cemburu haha lucu sekali ingin aku memotretnya saat itu, tapi yang ia hanya bisa lakukan hanya mendatangiku dan menarik tanganku dengan cepat “ra, ayo masuk udah bel tuh”. Bodoh! Aku tau kau hanya mencari alasan. Apapun alasannya aku suka kamu.
Sejak kelulusan SD-SMP kita terpisah, SMA kita berbeda. Jika
ada yang mengatakan masa SMA, masa paling indah. Ya memang, tapi tetap saja
kamu yang paling indah Dani.
“kalo kamu sangat mencintainya, kenapa kamu menolak dani,
zaara” Ucap tia yang heran setelah mendengar cerita-ku tentang kejadian tadi
sore.
“aku kenal kamu dan dani sudah lama, tapi aku tak pernah mengerti jalan fikiranmu” aku hanya diam.
“bagaimana mungkin kamu bisa bertahan selama ini zaara, kamu menyukainya sejak lama dan kamu tau dia juga sangat menyukaimu dan dengan bodohnya kamu.. haaa” helaan nafas kecewa dari tia. Dan sekali lagi aku hanya diam.
“zaara.. banyak yang mengejarmu, apa kau tidak tahu dani sangat cemburu. ” dengan suara yang diperlemah ia terlihat seperti mengiba. Kali ini aku tersenyum.
“heii, kenapa kamu tersenyum. ” tia mulai sedikit jengkel dengan aku yang masih bisa tersenyum.
“aku kenal kamu dan dani sudah lama, tapi aku tak pernah mengerti jalan fikiranmu” aku hanya diam.
“bagaimana mungkin kamu bisa bertahan selama ini zaara, kamu menyukainya sejak lama dan kamu tau dia juga sangat menyukaimu dan dengan bodohnya kamu.. haaa” helaan nafas kecewa dari tia. Dan sekali lagi aku hanya diam.
“zaara.. banyak yang mengejarmu, apa kau tidak tahu dani sangat cemburu. ” dengan suara yang diperlemah ia terlihat seperti mengiba. Kali ini aku tersenyum.
“heii, kenapa kamu tersenyum. ” tia mulai sedikit jengkel dengan aku yang masih bisa tersenyum.
Dengan hangat aku memeluk sahabatku ini “terima kasih tia, apa jadinya aku tanpamu.
Aku mungkin akan menangis sepanjang malam. Tanpamu aku mungkin tak akan bisa
tersenyum disaat seperti ini.” Tia pun mulai tersenyum “ah.. zaara”.
“aku mencintai dani bukan untuk berpacaran dengannya,
membanggakan ia didepan semua orang dan berkata 'hei lihat betapa tampannya
kekasihku' bukan itu tia”.
“aku ini egois, aku ingin bersamanya untuk waktu yang sangat lama dan aku ingin cinta ini benar untuk aku dan dani. Aku sedang menunggu sebuah kepastian nyata tia”.
“aku ini egois, aku ingin bersamanya untuk waktu yang sangat lama dan aku ingin cinta ini benar untuk aku dan dani. Aku sedang menunggu sebuah kepastian nyata tia”.
“kepastian nyata ? apa maksudmu zaara”. Aku tersenyum dan
berkata “aku juga tidak tahu”.
“huh, kau ini”. Kami pun mulai tertawa dan tertidur pulas.
Dan aku masih berfikir tentang apa yang aku katakan kepada tia. Kepastian
nyata. Apa yang aku katakan tadi, bisikku dalam hati. Yang jelas aku masih
menunggu kepastian nyata itu datang untuk dani.
sumber gambar :
ceritanya lumayan bagus. Tapi masih bagian satu yaaa :)
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung :)
Hapusbagian duanya dapat dilihat disini :
http://saly-enjoy.blogspot.com/2013/03/cinta-zaara-anissa-part-2.html
Ceritanya mngesankan. "Kepastian nyata", apakah itu istilah lain yg dipakai untuk menggantikan mnjelaskan "waktu yg tepat ketika seseorg siap untk menikah"..
BalasHapusSya tunggu kunjungan baliknya http://tapaksemesta.blogspot.com/?m=1